Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Tenda-tenda Pengungsi WNA Pencari Suaka di Depan Kantor UNHCR Dibongkar...

Kompas.com - 03/07/2024, 09:59 WIB
Dzaky Nurcahyo,
Fitria Chusna Farisa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belasan lapak atau tenda pengungsi warga negara asing (WNA) yang berada di depan Komisariat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Pengungsi (UNHCR), Setiabudi, Jakarta Selatan, akhirnya dibongkar pada Selasa (2/7/2024).

Mayoritas pengungsi pencari suaka tampak pasrah saat tenda yang mereka pakai untuk bermukim selama beberapa hari terakhir diangkut ke truk bak terbuka milik Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Bahkan, sebagian dari mereka melipat tenda sendiri. 

Kendati begitu, ada segelintir pengungsi yang berusaha bertahan. Beberapa pengungsi itu sempat memberikan perlawanan dan meminta Satpol PP untuk tak mengangkut tenda mereka.

Pengungsi asal Somalia bernama Ahmad, misalnya, menolak dipindahkan dari depan kantor UNHCR lantaran masih berupaya memperjuangkan haknya.

Sementara, Satpol PP menegaskan bahwa tindakan Ahmad dan pengungsi lainnya mendirikan tenda di pinggir jalan telah melanggar Peraturan Daerah DKI Jakarta terkait Ketertiban Umum.

Situasi sempat memanas sebelum akhirnya Ahmad legawa barang-barangnya diangkut oleh Satpol PP. 

Baca juga: Heru Budi Kembalikan Pencari Suaka di Depan Kantor UNHCR ke Tempat yang Layak

Dipindahkan ke hunian layak

Dari penertiban tersebut, sebanyak15 pengungsi WNA dibawa ke tempat layak huni, yakni Rumah Detensi Imigrasi Jakarta yang berada di wilayah Jakarta Barat.

Atas langkah ini, diharapkan tak ada lagi pencari suaka yang bermukim di depan Kantor UNHCR.

“Kami memanusiakan manusia, dalam arti Pemprov DKI memperhatikan saudara-saudara kita. Semua WNA yang diangkut dibawa ke Rumah Detensi Imigrasi Jakarta,” ujar Camat Setiabudi Iswahyudi kepada wartawan di lokasi.

Kumuh

Iswahyudi mengatakan, pembongkaran tenda para pengungsi WNA pencari suaka telah melalui berbagai pertimbangan. Salah satunya, keberadaan tenda tersebut dinilai membuat kawasan Jalan Setiabudi Selatan menjadi kumuh.

“Mereka (WNA) sudah tinggal cukup lama di sana dan terlihat begitu kumuh,” ujar dia.

Tak hanya kumuh, belasan tenda itu juga dinilai membahayakan pengguna jalan dan pengungsi itu sendiri.

Baca juga: UNHCR: Kami Tak Pernah Inginkan Pencari Suaka Menginap di Depan Kantor

Pasalnya, beberapa tenda yang dibangun memakan badan Jalan Setiabudi Selatan, sehingga ada potensi menyebabkan kecelakaan lalu lintas.

“Bahaya juga buat mereka kalau terus berada di sana, bisa menimbulkan penyakit untuk mereka sendiri. Lalu, keberadaan tenda-tenda itu mengganggu lalu lintas,” tutur dia.

Siagakan TNI-Polri

Usai pembongkaran tenda ini, pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan bakal menyiagakan aparat TNI-Polri di sekitar kantor UNHCR. Langkah ini untuk mencegah para WNA kembali membangun tenda.

Halaman:


Terkini Lainnya

Ini Penyebab Mengapa Polisi Belum Tindak Lanjuti Kasus Penjarahan di Rusunawa Marunda

Ini Penyebab Mengapa Polisi Belum Tindak Lanjuti Kasus Penjarahan di Rusunawa Marunda

Megapolitan
Motor Penghuni Kos di Mampang Dicuri, Warga: Pelaku Bobol Gembok Tanpa Bekas Potongan

Motor Penghuni Kos di Mampang Dicuri, Warga: Pelaku Bobol Gembok Tanpa Bekas Potongan

Megapolitan
Tak Lagi Disubsidi di 2025, Tarif Biskita Trans Pakuan Bogor Terancam Naik

Tak Lagi Disubsidi di 2025, Tarif Biskita Trans Pakuan Bogor Terancam Naik

Megapolitan
Mobil Kabur Usai Isi Bensin, Petugas SPBU Bekasi: Kondisi Saat Itu Sepi

Mobil Kabur Usai Isi Bensin, Petugas SPBU Bekasi: Kondisi Saat Itu Sepi

Megapolitan
Kurir Transaksi Narkoba di Parkiran Utara RS Fatmawati, Diduga karena Tak Banyak Petugas

Kurir Transaksi Narkoba di Parkiran Utara RS Fatmawati, Diduga karena Tak Banyak Petugas

Megapolitan
Biaya Operasional Biskita Trans Pakuan Bogor Capai Rp 58 Miliar Setahun

Biaya Operasional Biskita Trans Pakuan Bogor Capai Rp 58 Miliar Setahun

Megapolitan
Eks Manajer Gelapkan Uang Rp 1,3 Miliar Milik Selebgram Fuji untuk Keperluan Pribadi

Eks Manajer Gelapkan Uang Rp 1,3 Miliar Milik Selebgram Fuji untuk Keperluan Pribadi

Megapolitan
Pengemudi Mobil Pelat Dinas Cekcok dengan Sopir Taksi di Semanggi, Polisi Sebut Belum Ada Laporan

Pengemudi Mobil Pelat Dinas Cekcok dengan Sopir Taksi di Semanggi, Polisi Sebut Belum Ada Laporan

Megapolitan
Dishub Bogor Minta Pengalihan Pengelolaan Biskita Dilakukan Bertahap

Dishub Bogor Minta Pengalihan Pengelolaan Biskita Dilakukan Bertahap

Megapolitan
Kapolda Metro Akui Pemberkasan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Berjalan Lambat

Kapolda Metro Akui Pemberkasan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Berjalan Lambat

Megapolitan
Naik Kendaraan Pribadi Kena Macet dan Terpapar Polusi, Bikin Tak Semangat Kerja Begitu Sampai Kantor

Naik Kendaraan Pribadi Kena Macet dan Terpapar Polusi, Bikin Tak Semangat Kerja Begitu Sampai Kantor

Megapolitan
Pengemudi Mobil Pelat Dinas Cekcok dengan Sopir Taksi, Diduga Dipicu Tak Diberi Jalan Prioritas

Pengemudi Mobil Pelat Dinas Cekcok dengan Sopir Taksi, Diduga Dipicu Tak Diberi Jalan Prioritas

Megapolitan
Polisi Usut Kasus Firli Bahuri Selain Soal Pemerasan SYL, Kuasa Hukum: Satu Saja Belum Beres

Polisi Usut Kasus Firli Bahuri Selain Soal Pemerasan SYL, Kuasa Hukum: Satu Saja Belum Beres

Megapolitan
Eks Manajer Diduga Gelapkan Uang Selebgram Fuji Rp 1,3 Miliar

Eks Manajer Diduga Gelapkan Uang Selebgram Fuji Rp 1,3 Miliar

Megapolitan
Cerita Warga Saksikan Penggerebekan Kurir Narkoba di RS Fatmawati, Pelaku Disergap di Kanan-Kiri

Cerita Warga Saksikan Penggerebekan Kurir Narkoba di RS Fatmawati, Pelaku Disergap di Kanan-Kiri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com