Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UNHCR: Kami Tak Pernah Inginkan Pencari Suaka Menginap di Depan Kantor

Kompas.com - 02/07/2024, 15:22 WIB
Dzaky Nurcahyo,
Jessi Carina

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Komisariat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Pengungsi (United Nations High Commissioner for Refugees/UNHCR) tak pernah meminta warga negara asing (WNA) yang mencari suaka menginap di depan kantornya.

“Tentunya tindakan-tindakan seperti camping atau menginap di fasilitas publik bukanlah sesuatu yang kami inginkan dan minta,” ujar Assistant Protection Officer UNHCR Hendrik Therik kepada wartawan, Selasa (2/7/2024).

Hendrik mengatakan, pihaknya memiliki standar prosedur operasional (SOP) jika ada WNA yang ingin memulihkan hak-haknya.

Baca juga: Bongkar Tenda Pencari Suaka di Kuningan, Pemkot Jaksel: Bikin Kumuh dan Ganggu Lalu Lintas

UNHCR disebut melarang para pencari suaka untuk menetap di depan kantornya karena ada aturan yang berlaku di Indonesia.

“Ada mekanisme formal saat mereka menyampaikan pertanyaan atau permintaan, di mana mereka mengajukan permohonan lebih dulu, lalu dipanggil,” tutur dia.

“Kalau mereka menetap di depan (kantor UNHCR), itu bertentangan dengan peraturan daerah,” sambung Hendrik.

Hendrik menerangkan, pencari suaka di Indonesia memiliki permintaan beragam.
Baca juga: Cegah Pengungsi Bangun Tenda Kembali, Aparat TNI-Polri Siaga di Sekitar Kantor UNHCR

Ada yang meminta untuk segera dijadikan anggota UNHCR, meminta bantuan kesehatan, bantuan keuangan, dan penempatan di negara ketiga.

“Banyak yang meminta bantuan. Ada yang meminta untuk registrasi di UNHCR, ada yang memohon bantuan kesehatan, meminta bantuan keuangan, hingga penempatan ke negara ketiga,” kata dia.

Sebagai informasi, petugas gabungan baru saja melakukan pembongkaran terhadap belasan tenda milik pengungsi WNA yang ada di depan Kantor UNHCR, Jalan Setiabudi Selatan, Jakarta Selatan.

Tenda-tenda itu dibongkar karena membahayakan para pengungsi dan pengguna jalan raya.

Selagi tenda diangkut ke truk bak terbuka, ada sekitar 15 WNA yang dibawa oleh petugas imigrasi.

Mereka dibawa ke Rumah Detensi Imigrasi Jakarta di wilayah Jakarta Barat supaya mendapat tempat yang lebih layak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polda Metro Selidiki Kasus Selain Pemerasan yang Melibatkan Firli Bahuri

Polda Metro Selidiki Kasus Selain Pemerasan yang Melibatkan Firli Bahuri

Megapolitan
Pembangunan Rumah Pompa Kemang Sudah 95 Persen, Rampung Akhir Juli 2024

Pembangunan Rumah Pompa Kemang Sudah 95 Persen, Rampung Akhir Juli 2024

Megapolitan
Demokrat Usulkan Heru Budi 'Nyagub', Pengamat: Persoalannya Apakah Selama Menjabat Punya Citra Baik

Demokrat Usulkan Heru Budi "Nyagub", Pengamat: Persoalannya Apakah Selama Menjabat Punya Citra Baik

Megapolitan
Bapanas Uji Lab Komoditas Pangan di Pasar Bogor, Hasilnya Negatif Formalin hingga Pestisida

Bapanas Uji Lab Komoditas Pangan di Pasar Bogor, Hasilnya Negatif Formalin hingga Pestisida

Megapolitan
Puslabfor Polri Ambil CPU dan Printer dari Gudang Perabot Jatiasih yang Terbakar

Puslabfor Polri Ambil CPU dan Printer dari Gudang Perabot Jatiasih yang Terbakar

Megapolitan
Rumah Terbakar di Kampung Padat Penduduk Tanah Abang Ternyata Toko Parfum

Rumah Terbakar di Kampung Padat Penduduk Tanah Abang Ternyata Toko Parfum

Megapolitan
Warga Protes, Heru Budi Minta Disdik Percepat Pencairan KJP Plus

Warga Protes, Heru Budi Minta Disdik Percepat Pencairan KJP Plus

Megapolitan
Soal Gibran Kembali Rajin Blusukan di Jakarta, Pengamat: Kalau Bisa Jangan Hanya di Jakarta

Soal Gibran Kembali Rajin Blusukan di Jakarta, Pengamat: Kalau Bisa Jangan Hanya di Jakarta

Megapolitan
Bocah Jatuh dari Rusunawa Rawa Bebek, Pengelola Pastikan Bangunan Masih Kokoh

Bocah Jatuh dari Rusunawa Rawa Bebek, Pengelola Pastikan Bangunan Masih Kokoh

Megapolitan
Demokrat Usulkan Heru Budi di Pilkada Jakarta, Pengamat: Tampaknya Belum Ada Kader Internal yang Pas

Demokrat Usulkan Heru Budi di Pilkada Jakarta, Pengamat: Tampaknya Belum Ada Kader Internal yang Pas

Megapolitan
Sopir Taksi Online yang Sebut Penumpang Pelacur di Pademangan Sudah Dipecat

Sopir Taksi Online yang Sebut Penumpang Pelacur di Pademangan Sudah Dipecat

Megapolitan
Menghitung Munculnya Poros Ketiga Pilkada Jakarta

Menghitung Munculnya Poros Ketiga Pilkada Jakarta

Megapolitan
Pengamat: Heru Budi Punya Modal Sosial Maju Pilkada Jakarta

Pengamat: Heru Budi Punya Modal Sosial Maju Pilkada Jakarta

Megapolitan
Pemprov Jakarta Kaji Wacana Sekolah Swasta Gratis Pakai KJP

Pemprov Jakarta Kaji Wacana Sekolah Swasta Gratis Pakai KJP

Megapolitan
Gibran Rajin Blusukan di Jakarta, Pengamat: Mungkin Upaya untuk Semakin Akrab dengan Warga Sebelum Dilantik

Gibran Rajin Blusukan di Jakarta, Pengamat: Mungkin Upaya untuk Semakin Akrab dengan Warga Sebelum Dilantik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com