Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jangan Hanya Direkam dan Diviralkan, Bantu Korban Laporkan Pelaku!"

Kompas.com - 13/03/2019, 17:52 WIB
Ryana Aryadita Umasugi,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Vice President Communication PT KCI Eva Chairunisa mengatakan, pihaknya melakukan beberapa upaya untuk bisa mengantisipasi kasus pelecehan seksual di kereta rel listrik (KRL) atau commuter line.

Salah satunya dengan memasang CCTV di stasiun maupun dalam gerbong kereta.

"Kita tetap melakukan pencegahan ya, dengan memasang CCTV itu pasti. Kami siapkan petugas," kata Eva saat dihubungi Kompas.com, Rabu (13/3/2019).

Baca juga: 2018, Kasus Pelecehan Seksual di KRL Meningkat

Meski demikian, lanjut dia, petugas dan CCTV tidak efektif mencegah terjadinya pelecehan seksual, terutama ketika ramai penumpang.

"Kejadian itu, kan, selalu terjadi saat kereta sesak dan kita enggak bisa mengontrol siapa yang melakukan. Mau ditaruh petugas sebanyak apa pun itu tidak mungkin," ucap Eva. 

"Di kereta itu baru beberapa rangkaian saja (terpasang CCTV), tetapi juga biasa pelecehan seksual itu, kan, pada saat (penumpang) penuh dan itu susah untuk melihatnya," ujarnya. 

Baca juga: Maksud Cat Call Apa Ya? Memang Disiul Termasuk Pelecehan Seksual?

Ia mengimbau penumpang mencegah pelecehan dengan meningkatkan keamanan diri dibandingkan mengandalkan CCTV dan petugas. 

"Yang paling efektif itu sebenarnya pencegahan itu ya awareness penumpang juga, misalnya enggak tidur selama perjalanan apalagi berpergian sendirian. Terus enggak main ponsel karena menurunkan kewaspadaan," kata Eva. 

Jika terlanjur terjadi pelecehan seksual, maka orang terdekat atau penumpang lainnya seharusnya langsung membantu korban.

Baca juga: Simak! Ini Cara agar Terhindar dari Pelecehan Seksual di KRL

"Jadi jangan hanya direkam terus diviralkan, tetapi bantu korban entah menegur pelaku dan harus melaporkan," ujarnya. 

Berdasarkan catatan PT KCI, pelecehan seksual yang terjadi di dalam KRL pada tahun 2018 mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2017, yakni 34 kasus dari 25 kasus. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Heru Budi Harap Groundbreaking MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap Groundbreaking MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com