Staf ahlinya itu tiba-tiba menerima telepon dari Dita yang meminta dijemput di sebuah kafe di kawasan Cikini karena sedang dalam keadaan mabuk berat.
"Karena sudah malam, saya anterin saja," ucap politisi PDI-P ini.
Sesampainya di lokasi, sopir Masinton pun diminta untuk membawa mobil Dita. Adapun mobil Masinton dikemudikan oleh staf ahlinya.
Dita lantas duduk di kursi depan. Sementara itu, Masinton duduk di kursi belakang.
Menurut Masinton, Dita yang ketika itu dalam keadaan mabuk tersebut tiba-tiba menarik setir sehingga mobil oleng ke kiri di sekitar Jalan Otista. Masinton mengklaim, Dita menarik setir mobil.
Staf ahli Masinton yang mengemudikan mobil langsung mengerem mendadak. Tangan Dita ditepis sehingga terpental mengenai wajahnya sendiri.
Setelah kejadian itu, Dita langsung turun dari mobil. Masinton mengaku menyuruhnya untuk kembali masuk mobil dan menawarkannya untuk diantar berobat. Namun, menurut Masinton, Dita menolak dan mengaku bisa berobat sendiri.
Masinton lantas bingung mengapa Dita mengaku dipukul olehnya dan melaporkannya ke Bareskrim Polri. Ia merasa ada motif politis dan pembunuhan karakter pada kasus ini.
Kendati demikian, Masinton masih belum memutuskan untuk menggugat balik Dita.