Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Program Makan Gratis Rp 15.000, Orangtua: Mending Fokus ke yang Kurang Mampu

Kompas.com - 01/03/2024, 16:15 WIB
Dinda Aulia Ramadhanty,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Beberapa orang tua dari siswa Sekolah Dasar (SD) menanggapi wacana program makan gratis yang diusung oleh calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Program ini diharapkan bisa menyasar masyarakat dengan tingkat ekonomi yang kurang mampu memenuhi gizi harian anaknya.

"Jika paslon terkait menang dan realisasiin program ini, mending difokuskan ke yang sulit mendapatkan makanan layak, kayak masyarakat pelosok. Kalau yang makan orang kelas atas, makanan di rumah mereka juga belum tentu dihabiskan," kata wiraswasta bernama Ade (44) kepada Kompas.com, Jumat (1/3/2024).

Baca juga: Anggaran Makan Gratis Rp 15.000, Bisa Santap Tumisan Udang dan Es Teh Tawar di Warteg

Menurut Ade, salah satu poin penting dalam eksekusi program makan gratis adalah target sasaran agar dana yang terpakai tidak terbuang sia-sia.

Sementara itu, Ujang (41), ayah dari siswi kelas 1 SD menyebut program ini tidak terlalu berpengaruh baginya.

"Kalau ada ya saya mau-mau saja, tapi kalau tidak direalisasikan juga saya enggak masalah sih," tutur dia.

Ujang mengungkapkan, adanya makan gratis tidak akan berpengaruh pada pengeluaran keluarganya.

Berbeda dengan Ade dan Ujang, ibu rumah tangga bernama Cucu (36) menyebut program serupa sudah dijalankan di sekolah anaknya.

Baca juga: Anggaran Makan Gratis Rp 15.000, Bisa Dapat Ikan Tongkol dan Satu Gorengan di Warteg

"Kalau untuk program yang mirip program makan gratis sebenarnya di sekolah anak saya sudah diwajibkan bekal makanan empat sehat lima sempurna setiap hari Jumat," ujar Cucu.

Sementara itu, pemilik warung nasi di Depok, Nung (38), menyarankan supaya anggaran program makan gratis bisa dialokasi ke hal lain.

"Daripada kasih makan gratis, mending sediain transportasi ke sekolah. Di kampung (Sumedang), anak saya untuk berangkat ke sekolah di tengah kota sering alami kesulitan," tutur Nung.

Nung bercerita, anak kesayangannya perlu diantar menggunakan motor atau naik angkot saat berangkat sekolah di pusat kota.

"Angkot juga cuma pagi, kalau sore sudah enggak ada. Jadi kalau bisa program makan gratis diubah jadi pengadaan transportasi macam bus sekolah di kota besar," imbuh dia.

Baca juga: Anggaran Makan Gratis Rp 15.000 Per Anak, Pemilik Warung Nasi: Yang Penting Asupan Gizi Terpenuhi

Di samping itu, Cucu dan Nung sama-sama mengharapkan adanya peninjauan lebih lanjut terkait program makan gratis ini, terlebih karena anggarannya yang juga besar.

"Dengan anggaran sampai Rp 400 triliun, pemerintah harus banyak meninjau lagi biar bisa menjamin keefektifan programnya itu sendiri," ucap Cucu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengemudi Mobil Pelat Dinas Cekcok dengan Sopir Taksi di Kolong Simpang Susun Semanggi

Pengemudi Mobil Pelat Dinas Cekcok dengan Sopir Taksi di Kolong Simpang Susun Semanggi

Megapolitan
Dinas PPAPP Jakarta Periksa Psikologis Perempuan di Cengkareng yang Dijual Pacarnya untuk Open BO

Dinas PPAPP Jakarta Periksa Psikologis Perempuan di Cengkareng yang Dijual Pacarnya untuk Open BO

Megapolitan
SMPN 3 Depok Gelar Audiensi dengan Orangtua Atlet Senam Berprestasi yang Gagal Lolos PPDB

SMPN 3 Depok Gelar Audiensi dengan Orangtua Atlet Senam Berprestasi yang Gagal Lolos PPDB

Megapolitan
Cerita Yanwar, Kantongi Uang Rp 1 Juta Per Minggu dari Jualan Kopi Keliling

Cerita Yanwar, Kantongi Uang Rp 1 Juta Per Minggu dari Jualan Kopi Keliling

Megapolitan
Pohon Setinggi 15 Meter Tumbang Timpa Bedeng Milik Warga di Cakung

Pohon Setinggi 15 Meter Tumbang Timpa Bedeng Milik Warga di Cakung

Megapolitan
Polisi Buru Pria Paruh Baya yang Diduga Lecehkan Wartawan di Alun-alun Bogor

Polisi Buru Pria Paruh Baya yang Diduga Lecehkan Wartawan di Alun-alun Bogor

Megapolitan
Pengguna Transportasi Publik di Jakarta Hanya 18,86 Persen

Pengguna Transportasi Publik di Jakarta Hanya 18,86 Persen

Megapolitan
45 Bungkus Teh China Isi Sabu Hasil Penggerebekan di RS Fatmawati Diduga dari Jaringan Internasional

45 Bungkus Teh China Isi Sabu Hasil Penggerebekan di RS Fatmawati Diduga dari Jaringan Internasional

Megapolitan
Sempat Halangi Akses Warga, Pohon Tumbang di Cakung Barat Kini Sudah Dievakuasi

Sempat Halangi Akses Warga, Pohon Tumbang di Cakung Barat Kini Sudah Dievakuasi

Megapolitan
Korban Kebakaran Kampung Bali Minta Pemerintah Bantu Bangun Ulang Rumah Mereka

Korban Kebakaran Kampung Bali Minta Pemerintah Bantu Bangun Ulang Rumah Mereka

Megapolitan
Perempuan di yang Dijual Pacarnya di Cengkareng Pergi dari Rumah Setelah Bertengkar dengan Orangtuanya

Perempuan di yang Dijual Pacarnya di Cengkareng Pergi dari Rumah Setelah Bertengkar dengan Orangtuanya

Megapolitan
Masyarakat Tak Perlu Khawatir, Bapanas Pastikan Harga dan Stok Pangan di Pasar Bogor Aman

Masyarakat Tak Perlu Khawatir, Bapanas Pastikan Harga dan Stok Pangan di Pasar Bogor Aman

Megapolitan
Diprediksi Akan Duduki Kursi Kesembilan Usai Rekapitulasi Ulang Suara Pileg di Cilincing, Demokrat: Kami Bersyukur

Diprediksi Akan Duduki Kursi Kesembilan Usai Rekapitulasi Ulang Suara Pileg di Cilincing, Demokrat: Kami Bersyukur

Megapolitan
Ketua RT Kehilangan Sosok Suryan, Bos Gudang Perabotan di Jatiasih yang Dikenal Dermawan

Ketua RT Kehilangan Sosok Suryan, Bos Gudang Perabotan di Jatiasih yang Dikenal Dermawan

Megapolitan
Strategi Wali Kota Tangsel Berantas Judi Online, Cek Ponsel ASN hingga Bentuk Satgas

Strategi Wali Kota Tangsel Berantas Judi Online, Cek Ponsel ASN hingga Bentuk Satgas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com