Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Tak Ada Satu Sen Pun Titipan dari Oknum DPRD Berguna

Kompas.com - 23/03/2015, 09:13 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menceritakan sulitnya pengesahan rancangan anggaran pendapat dan belanja daerah (RAPBD) DKI Jakarta selama ini.
Sulitnya pengesahan tersebut, kata dia, karena banyaknya oknum yang "bermain" dalam proses tersebut.

Sejak menjabat sebagai Wakil Gubernur, pria yang akrab disapa Ahok ini sudah terheran-heran dengan "gila"-nya permainan anggaran. Permainan tersebut dilakukan baik di tataran satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan DPRD DKI Jakarta.

Bahkan, Ahok menceritakan, saat Joko Widodo baru beberapa bulan menjadi Gubernur DKI Jakarta, ia sudah menemukan banyak nama yang menjadi "pemain" anggaran tersebut.

Salah satunya Badan Pengelola Keuangan Daerah  (BPKD) Sukri Bey yang diduga berperan penting dalam meloloskan pokok-pokok pikiran (pokir) DPRD DKI dalam APBD DKI.

"Tahu enggak Sukri Bey kenapa kami pensiunkan? Saya masih ingat kata-katanya, 'Kalau tanpa Bapak Sukri Bey, jangan harap APBD DKI diketok palu sama DPRD'," ujar Ahok, Kamis (19/3/2015) di Jakarta.

Ia pun menyampaikan itu kepada Jokowi dan menyarankan mencopot sejumlah "pemain" ini.

"Saya bilang, mau enggak kita nekat, mumpung kita masih baru, orang masih anggap kita hebat, padahal sebenarnya kita enggak hebat. Tetapi, mumpung orang pikir kita hebat, kita cari gara-gara, kita pecat aja dia. Kalau enggak selesai (pengesahan APBD), bukan salah kita dong, sorry orang baru," ucap Ahok.

Mereka pun akhirnya mencopot sejumlah pejabat pemain anggaran itu. Selanjutnya, mantan Bupati Belitung Timur itu masih harus tarik urat dengan sejumlah pejabat, misalnya dalam hal penandatanganan kebijakan umum anggaran plafon prioritas anggaran sementara (KUA-PPAS).

Sadar kata-katanya terlalu keras kepada pejabat-pejabat SKPD, Ahok yang saat itu masih menjabat sebagai Wakil Gubernur meminta maaf kepada Jokowi. Namun, Jokowi justru memujinya.

"Pak Jokowi bilang, 'Bagus... bagus...'," ujar Ahok dengan nada bercanda.

Satu hal yang ingin dibereskan Ahok dalam proses pengasahan APBD adalah menghilangkan pokir DPRD.

Menurut dia, pokir DPRD adalah hal yang tidak perlu dimasukkan ke dalam APBD karena akan menimbulkan dana untuk pengadaan-pengadaan barang yang sebetulnya tidak dibutuhkan atau dikenal juga dengan istilah anggaran siluman.

Pokir merupakan kepanjangan dari pokok pikiran. Istilah ini digunakan untuk menyebut kewajiban anggota legislatif menjaring aspirasi dari masyarakat. Aspirasi itu kemudian akan ditindaklanjuti para wakil rakyat ke eksekutif saat perancangan APBD.

Sesuai yang tercantum pada Pasal 55 huruf (a) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan DPRD tentang tata tertib, disebutkan, Badan Anggaran mempunyai tugas memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD kepada kepala daerah dalam mempersiapkan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah paling lambat 5 (lima) bulan sebelum ditetapkannya APBD.

Namun, Ahok menduga pokir ini justru dimanfaatkan sebagai sarana untuk menambah pundi-pundi para anggota DPRD.

"Saya bisa bilang, tidak ada satu sen pun pokir yang berguna. Tidak ada satu sen pun titipan dari oknum DPRD yang berguna," ujar Ahok.

Ahok mengaku sangat serius untuk meluruskan kembali penyusunan APBD. Dia berharap, dengan era baru pengelolaan angggaran dengan e-budgeting, maka tidak ada lagi pihak yang bisa "bermain" anggaran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sopir Taksi 'Online' yang Ugal-ugalan dan Sebut Penumpang Pelacur Kena Tulah, Kini Dipecat meski Sudah Berdamai

Sopir Taksi "Online" yang Ugal-ugalan dan Sebut Penumpang Pelacur Kena Tulah, Kini Dipecat meski Sudah Berdamai

Megapolitan
'Tua di Jalan' karena Macet di Jakarta, Warga: Banyak Waktu Terbuang Sia-sia

"Tua di Jalan" karena Macet di Jakarta, Warga: Banyak Waktu Terbuang Sia-sia

Megapolitan
Panas Dingin PDIP-PKB Setelah PKS Dorong Sohibul Dampingi Anies di Pilkada Jakarta

Panas Dingin PDIP-PKB Setelah PKS Dorong Sohibul Dampingi Anies di Pilkada Jakarta

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembobol Rumah di Bogor yang Bawa Kabur Logam Mulia hingga PlayStation

Polisi Tangkap Pembobol Rumah di Bogor yang Bawa Kabur Logam Mulia hingga PlayStation

Megapolitan
Jerit Pilu Wanita di Koja, Temukan Suami Tewas Gantung Diri Saat Bersihkan Balai Warga

Jerit Pilu Wanita di Koja, Temukan Suami Tewas Gantung Diri Saat Bersihkan Balai Warga

Megapolitan
Histerisnya Sang Istri Temukan Suami Tewas Gantung Diri di Balai Warga Koja...

Histerisnya Sang Istri Temukan Suami Tewas Gantung Diri di Balai Warga Koja...

Megapolitan
Ibu Atlet Senam Berprestasi Surati Kadisdik Depok, Minta Anaknya Diterima di SMP Negeri

Ibu Atlet Senam Berprestasi Surati Kadisdik Depok, Minta Anaknya Diterima di SMP Negeri

Megapolitan
Saat Kopi Kekinian Turun ke Jalan Menjemput Pembeli...

Saat Kopi Kekinian Turun ke Jalan Menjemput Pembeli...

Megapolitan
Kelakuan 'Agak Laen' Pemuda di Cengkareng: Jual Pacar sampai Hamil, Uangnya Dipakai untuk Kebutuhan Hidup

Kelakuan "Agak Laen" Pemuda di Cengkareng: Jual Pacar sampai Hamil, Uangnya Dipakai untuk Kebutuhan Hidup

Megapolitan
Ketua RW Kampung Bali Kelabakan, Bolak-balik Urus Warga Saat Panik Rumahnya Nyaris Terbakar

Ketua RW Kampung Bali Kelabakan, Bolak-balik Urus Warga Saat Panik Rumahnya Nyaris Terbakar

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 5 Juli 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 5 Juli 2024

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta Hari Ini 5 Juli 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta Hari Ini 5 Juli 2024

Megapolitan
Sebulan Berlalu, Polisi Masih Selidiki Penyebab Kebakaran Hotel di Alam Sutera

Sebulan Berlalu, Polisi Masih Selidiki Penyebab Kebakaran Hotel di Alam Sutera

Megapolitan
Heru Budi Bisa Saja Ikut Pilkada, tapi Dianggap Sulit Diusung Partai Politik

Heru Budi Bisa Saja Ikut Pilkada, tapi Dianggap Sulit Diusung Partai Politik

Megapolitan
Polda Metro Periksa Pendeta Gilbert dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Periksa Pendeta Gilbert dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com