Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebunku di Rumah Susun....

Kompas.com - 18/01/2015, 08:00 WIB

Keberadaan kelompok itu, sebagai pelopor pertanian perkotaan di wilayah itu, tetap menebarkan virus bercocok tanam di antara penghuni rusunawa.

Suhardi (42) adalah salah satu penghuni rusunawa yang tertular virus menanam itu. Penghuni Blok C-2 Marunda itu kepincut kepada tanaman sayuran yang dikelola Kelompok Tani Hijau Marunda. Ia pun minta izin kepada pengelola rusun untuk memanfaatkan lahan di halaman Blok C-2. Karena tanah di halaman rusun kurang subur, ia mencari tanah merah gembur, masih dekat lokasi rusun.

Ia menguruk tanah yang akan ditanami dengan tanah merah gembur. Ia juga menyebarkan aneka pupuk di tanah tersebut. Butuh waktu kira-kira sebulan untuk mengolah tanah itu.

Kini, halaman rusunawa itu sudah berubah menjadi hijau. Ada tanaman pare, kangkung, labu, jagung, ketela, dan kacang panjang.

”Padahal saya tidak punya pengalaman bertani. Merawat tanaman itu harus sabar seperti merawat bayi. Saat bibit mulai tumbuh, rasanya senang sekali,” kata Suhardi.

Suhardi membutuhkan modal sekitar Rp 1 juta untuk bercocok tanam. Modal itu ia gunakan untuk membeli bibit, peralatan, tanah sebagai tanam, dan pupuk. Bahan itu ia kumpulkan sedikit demi sedikit untuk memuaskan hobinya.

Menurut Suhardi, beberapa tanaman sangat mudah dikembangkan. Caisim, misalnya, bisa dipanen sekitar setengah bulan. Hasil panen itu tidak hanya ia nikmati sendiri tetapi juga dibagi kepada para tetangga.

Kebetulan, Suhardi juga berjualan makanan sehingga hasil panennya bisa dimanfaatkan untuk berjualan.

Kreativitas Suhardi ditiru ibu-ibu lain di Rusunawa Marunda. Awalnya, segelintir orang menanam di lahan-lahan kosong di sekitar rusunawa. Mereka menanam singkong, serai, ubi, cabai, bayam, dan bunga.

Sri Indriyani (56), penghuni Cluster C 1, mendapatkan bibit sayuran dari suaminya yang bekerja sebagai petugas pertamanan. Sisa tanaman ia manfaatkan untuk mengisi halaman rusun yang kosong.

”Lumayan untuk menghemat biaya belanja rumah tangga yang mahal. Kalau ingin masak sayur, tinggal petik,” ujar Sri sambil tersenyum.

Manfaat berkebun

Berkebun di lingkungan rusunawa bisa berkontribusi terhadap penciptaan lingkungan kota yang bersih, hijau, sehat, dan nyaman. Lingkungan perkotaan semakin gersang karena alih fungsi lahan dan bisnis properti yang sangat pesat.

Salah satu inisiator komunitas Indonesia Berkebun Sigit Kusumawijaya mengatakan, kesadaran masyarakat di Indonesia untuk memanfaatkan lahan kosong menjadi lahan produktif memang belum pesat.

Di Singapura, misalnya, sudah ada sinergi antara warga, pemerintah, dan pengembang untuk kegiatan pertanian perkotaan. Sinergi itu membuat kegiatan pertanian perkotaan menjadi semakin masif dan berkelanjutan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kepanasan dan Kena Tetes Hujan, Ini Kisah Pasutri dari Desa Lauran yang Hidup di Rumah Seng

Kepanasan dan Kena Tetes Hujan, Ini Kisah Pasutri dari Desa Lauran yang Hidup di Rumah Seng

Megapolitan
Staf Hasto Mengaku Sempat Takut Dijadikan Tersangka Saat Digeledah KPK

Staf Hasto Mengaku Sempat Takut Dijadikan Tersangka Saat Digeledah KPK

Megapolitan
Muncul Baliho Dukungan Walkot Idris Jadi Cagub Jawa Barat

Muncul Baliho Dukungan Walkot Idris Jadi Cagub Jawa Barat

Megapolitan
WNI di Kamboja Otak Penipuan Modus “Like” dan “Subscribe” Gunakan 15 Rekening Bank Indonesia

WNI di Kamboja Otak Penipuan Modus “Like” dan “Subscribe” Gunakan 15 Rekening Bank Indonesia

Megapolitan
600 Warga Bisa Terdampak Pemadaman Listrik Akibat Pencurian Kabel PLN di Tambora

600 Warga Bisa Terdampak Pemadaman Listrik Akibat Pencurian Kabel PLN di Tambora

Megapolitan
Kakak Beradik di Bogor Gunakan Akun Palsu untuk Rekrut Selebgram Promosi Judi Online

Kakak Beradik di Bogor Gunakan Akun Palsu untuk Rekrut Selebgram Promosi Judi Online

Megapolitan
PLN Merugi Rp 25 Juta karena Pencurian Kabel Listrik di Tambora

PLN Merugi Rp 25 Juta karena Pencurian Kabel Listrik di Tambora

Megapolitan
Tak Mampu Beli Tiket Kolam Renang, Anak-anak di Pademangan Berenang di Kali Keruh dan Banyak Ular

Tak Mampu Beli Tiket Kolam Renang, Anak-anak di Pademangan Berenang di Kali Keruh dan Banyak Ular

Megapolitan
Bantahan Ormas Soal Pungli ke Pengendara yang Melintas di Samping RTH Kalijodo: Tak Ada Sejarahnya Cuma Lewat Bayar

Bantahan Ormas Soal Pungli ke Pengendara yang Melintas di Samping RTH Kalijodo: Tak Ada Sejarahnya Cuma Lewat Bayar

Megapolitan
Staf Hasto Kristiyanto Minta Perlindungan ke LPSK Usai Digeledah KPK Terkait Kasus Harun Masiku

Staf Hasto Kristiyanto Minta Perlindungan ke LPSK Usai Digeledah KPK Terkait Kasus Harun Masiku

Megapolitan
Jadwal Konser Jakarta Fair Juli 2024

Jadwal Konser Jakarta Fair Juli 2024

Megapolitan
Dua Penipu “Like” dan “Subscribe” yang Tertangkap Bertugas Bikin Rekening

Dua Penipu “Like” dan “Subscribe” yang Tertangkap Bertugas Bikin Rekening

Megapolitan
Cegah Pencurian, PLN Minta Masyarakat Segera Lapor jika Lihat Orang Mencurigakan di Sekitar Instalasi Listrik

Cegah Pencurian, PLN Minta Masyarakat Segera Lapor jika Lihat Orang Mencurigakan di Sekitar Instalasi Listrik

Megapolitan
Dua Pria di Jakbar Jual 9 Kg Kabel PLN Curian Seharga Rp 1 Juta

Dua Pria di Jakbar Jual 9 Kg Kabel PLN Curian Seharga Rp 1 Juta

Megapolitan
Kakak Beradik di Bogor Rekrut 70 Selebgram untuk Promosikan 16 Situs Judi 'Online' Sejak 2022

Kakak Beradik di Bogor Rekrut 70 Selebgram untuk Promosikan 16 Situs Judi "Online" Sejak 2022

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com