JAKARTA, KOMPAS.com - Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Pulogebang di Jakarta Timur dijaga anggota kepolisian. Terlihat beberapa mobil dari Polres Jakarta Timur, yang salah satunya berstiker Rajawali, terparkir di dalam area Rusunawa Pulogebang.
Kepala Unit Pengelola Rusun (UPRS) Pulogebang Ageng Darmintono menyebutkan, penjagaan oleh polisi itu untuk mengantisipasi terulangnya kejadian pembubaran ibadah kebaktian seperti Sabtu (23/9/2017) kemarin.
"Itu protap kepolisian, jadi tentunya bersifat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi karena peristiwa Sabtu lalu telah menjadi viral," ucap Ageng kepada Kompas.com di Rusunawa Pulogebang, Senin (25/9/2017).
Ageng mengatakan bahwa setelah peristiwa itu terjadi, anggota kepolisian yang berjaga di Rusunawa Pulogebang ditambah jumlahnya.
Baca: Kesalahpahaman dan Pembubaran Kebaktian di Rusun Pulogebang
"Setelah peristiwa itu maka kemarin dari pihak Polda, Polres, dan Polsek itu berkoordinasi untuk mengantisipasi dan untuk pengamanan sehingga anggotanya diperbanyak," jelas dia.
Kendati demikian, Ageng masih belum mengetahui sampai kapan anggota kepolisian tersebut berjaga di Rusunawa Pulogebang.
"Kalau itu saya rasa bisa ditanyakan ke pihak kepolisian ya," ujarnya.
Baca: Bubarkan Ibadah Kebaktian, Warga Rusun Pulogebang Menyesal dan Minta Maaf
Kejadian pembubaran ibadah kebaktian itu diawali oleh salah seorang warga bernama Nasoem Sulaiman alias Joker yang merasa terganggu dengan kegiatan tersebut. Ageng mengatakan, Joker adalah seorang warga yang bekerja sebagai tukang bangunan.
"Kebetulan ada rehab di rusun, dia mendaftarkan diri ke pelaksana pekerjaan untuk jadi tukang. Kebetulan memang yang dibawa adalah alat gergaji, linggis, palu, sama kampak ya. Itu untuk membongkar lantai atas ya," kata Ageng ketika dihubungi, Minggu (24/9/2017).
Baca: Joker Sudah Tiga Kali Bubarkan Kebaktian di Rusun Pulogebang
Adapun jemaah kebaktian saat itu adalah anak-anak. Joker yang baru pulang kerja merasa terganggu dengan kegiatan itu. Dia pun secara spontan membubarkan. Saat membubarkan, Joker sedang membawa-bawa alat kerjanya itu.
"Saudara Joker ini secara spontan membubarkan acara tersebut karena dinilai mengganggu," kata Ageng.
Ageng mengatakan, Joker seharusnya tidak boleh bersikap seperti itu. Seharusnya, dia memberi kesempatan kepada warga yang ingin beribadah.