Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggapan Masyarakat soal Usulan Penerapan Ganjil Genap Selama 15 Jam

Kompas.com - 17/07/2019, 14:47 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wacana penerapan kebijakan pembatasan kendaraan bermotor berdasarkan nomor pelat ganjil dan genap selama 15 jam di wilayah DKI Jakarta menuai beragam tanggapan dari masyarakat.

Owi, salah satu pengendara motor yang bermodisili di Kemang, Jakarta Selatan mendukung penerapan kebijakan tersebut.

Menurutnya, kebijakan tersebut akan berdampak pada pengurangan angka kemacetan di wilayah Jakarta khususnya Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat.

"Walaupun dampaknya enggak besar, tapi cukup terlihat. Kendaraan yang melintas di Jalan Sudirman enggak padat saat jam sibuk apalagi pagi hari. Masih terasa lengang gitu," kata Owi saat ditemui Kompas.com di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (17/7/2019).

Pendapat yang sama juga diungkapkan pengendara lainnya bernama Randi Frastilora. Randi mengungkapkan, kebijakan ganjil genap saat penyelenggaraan Asian Games 2018 lalu berdampak pada pengurangan angka kemacetan di jalan-jalan protokol.

Baca juga: Polisi Sambut Baik Wancana Ganjil-Genap Diterapkan 15 Jam di Jakarta

Ia berharap, kebijakan tersebut diterapkan di ruas jalan lainnya di wilayah DKI Jakarta.

"(Kebijakan ganjil genap) mengurangi kemacetan. Kebijakan ganjil genap seharusnya diberlakukan di semua ruas jalan di wilayah DKI Jakarta," kata Randi.

Randi juga menginginkan kebijakan tersebut diterapkan selama 24 jam, sehingga masyarakat dapat beralih menggunakan transportasi umum serta mengurangi dampak polusi di Jakarta.

"Kalau kebijakan tersebut diterapkan 15 jam saja, saya rasa kurang efektif. Seharusnya kebijakan tersebut diterapkan 24 jam sehingga masyarakat dapat beralih menggunakan transportasi umum," ujar Randi.

Pendapat berbeda diungkapkan Siti Yona. Ia menilai kebijakan tersebut membuat masyarakat memilih menggunakan pelat nomor yang berbeda agar dapat melintas di ruas jalan protokol di Jakarta.

Baca juga: Pemprov DKI Diminta Segera Terapkan Sistem Jalan Berbayar Dibanding Ganjil Genap 15 Jam

Ia menilai masyarakat Jakarta masih enggan beralih menggunakan transportasi umum.

"Saya enggak setuju penerapan ganjil genap selama 15 jam. Itu enggak mengurangi kemacetan karena masyarakat bisa menggunakan mobil lainnya dengan pelat berbeda. Bahkan ada masyarakat yang berani menerobos ruas jalan protokol walaupun pelat nomornya enggak sesuai," ujar Yona.

Jika kebijakan ganjil genap itu tetap diterapkan, ia berharap waktu penerapannya tidak lebih dari 15 jam.

"Penerapan kebijakan ganjil genap selama 15 jam itu menuai banyak protes. Saya berpendapat seharusnya diterapkan mulai pukul 06.00-10.00 saja, jadi enggak terlalu lama," katanya.

Kepala Bagian Humas BPTJ Budi Rahardjo sebelumnya mengatakan, arus lalu lintas sekarang sudah sangat padat, kemacetan bertambah dan waktu tempuh menjadi lambat.

Baca juga: Usulan Penerapan Ganjil Genap seperti Asian Games 2018 Selama 15 Jam, Mungkinkah?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

WNI di Kamboja Otak Penipuan Modus “Like” dan “Subscribe” Gunakan 15 Rekening Bank Indonesia

WNI di Kamboja Otak Penipuan Modus “Like” dan “Subscribe” Gunakan 15 Rekening Bank Indonesia

Megapolitan
600 Warga Bisa Terdampak Pemadaman Listrik Akibat Pencurian Kabel PLN di Tambora

600 Warga Bisa Terdampak Pemadaman Listrik Akibat Pencurian Kabel PLN di Tambora

Megapolitan
Kakak Beradik di Bogor Gunakan Akun Palsu untuk Rekrut Selebgram Promosi Judi Online

Kakak Beradik di Bogor Gunakan Akun Palsu untuk Rekrut Selebgram Promosi Judi Online

Megapolitan
PLN Merugi Rp 25 Juta karena Pencurian Kabel Listrik di Tambora

PLN Merugi Rp 25 Juta karena Pencurian Kabel Listrik di Tambora

Megapolitan
Tak Mampu Beli Tiket Kolam Renang, Anak-anak di Pademangan Berenang di Kali Keruh dan Banyak Ular

Tak Mampu Beli Tiket Kolam Renang, Anak-anak di Pademangan Berenang di Kali Keruh dan Banyak Ular

Megapolitan
Bantahan Ormas Soal Pungli ke Pengendara yang Melintas di Samping RTH Kalijodo: Tak Ada Sejarahnya Cuma Lewat Bayar

Bantahan Ormas Soal Pungli ke Pengendara yang Melintas di Samping RTH Kalijodo: Tak Ada Sejarahnya Cuma Lewat Bayar

Megapolitan
Staf Hasto Kristiyanto Minta Perlindungan ke LPSK Usai Digeledah KPK Terkait Kasus Harun Masiku

Staf Hasto Kristiyanto Minta Perlindungan ke LPSK Usai Digeledah KPK Terkait Kasus Harun Masiku

Megapolitan
Jadwal Konser Jakarta Fair Juli 2024

Jadwal Konser Jakarta Fair Juli 2024

Megapolitan
Dua Penipu “Like” dan “Subscribe” yang Tertangkap Bertugas Bikin Rekening

Dua Penipu “Like” dan “Subscribe” yang Tertangkap Bertugas Bikin Rekening

Megapolitan
Cegah Pencurian, PLN Minta Masyarakat Segera Lapor jika Lihat Orang Mencurigakan di Sekitar Instalasi Listrik

Cegah Pencurian, PLN Minta Masyarakat Segera Lapor jika Lihat Orang Mencurigakan di Sekitar Instalasi Listrik

Megapolitan
Dua Pria di Jakbar Jual 9 Kg Kabel PLN Curian Seharga Rp 1 Juta

Dua Pria di Jakbar Jual 9 Kg Kabel PLN Curian Seharga Rp 1 Juta

Megapolitan
Kakak Beradik di Bogor Rekrut 70 Selebgram untuk Promosikan 16 Situs Judi 'Online' Sejak 2022

Kakak Beradik di Bogor Rekrut 70 Selebgram untuk Promosikan 16 Situs Judi "Online" Sejak 2022

Megapolitan
Pemkot Depok Sediakan Beasiswa untuk Siswa Tidak Mampu yang Gagal Lolos PPDB

Pemkot Depok Sediakan Beasiswa untuk Siswa Tidak Mampu yang Gagal Lolos PPDB

Megapolitan
PLN Sebut Pencurian Kabel di Tambora Bisa Bikin Korsleting dan Ledakan

PLN Sebut Pencurian Kabel di Tambora Bisa Bikin Korsleting dan Ledakan

Megapolitan
Walkot Idris Akui Jumlah SMA di Depok Masih Kurang

Walkot Idris Akui Jumlah SMA di Depok Masih Kurang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com