ULANG tahun Jakarta tahun ini menjadi istimewa karena ada nuansa menyongsong arah baru pembangunan pascapemindahan ibu kota.
Undang-Undang No. 2 Tahun 2024 tentang Provinsi Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ) mengamanatkan transformasi kota menjadi motor pertumbuhan ekonomi berskala global sekaligus magnet bisnis yang menarik sumber daya dari berbagai belahan dunia.
Berbeda dengan angan-angan pribadi, cita-cita kenegaraan diundangkan untuk diwujudkan. Untuk itu, prioritas saat ini adalah menata langkah ke depan yang berpijak pada realita.
Mari kita akui bahwa Jakarta adalah jago kandang yang masih kedodoran dalam gelanggang internasional.
Global Cities Report 2023 dari Kearney menempatkan Jakarta di peringkat 74 dari 156 kota global di seluruh dunia.
Selain mengalami penurunan ranking secara drastis dari posisi 59 di tahun 2019, Jakarta juga tertinggal dari para tetangga sebaya, seperti Kuala Lumpur di peringkat 72; Bangkok (45); dan Singapura (7).
Situasi ekonomi Jakarta juga tidak baik-baik saja. Sebagai destinasi utama para pencari kerja di Tanah Air, persentase pengangguran di Jakarta malah lebih tinggi daripada nasional.
Jurang ketimpangan juga semakin lebar ditandai dengan indeks gini BPS yang memburuk sejak tahun 2018.
Seirama dengan data, potret satelit melukiskan ketimpangan warga secara nyata. Di tengah gagahnya gugusan pencakar langit, satu dari lima keluarga tinggal di hunian kumuh.
Pada wilayah itu, akses pada air bersih, sanitasi, dan infrastruktur dasar lainnya yang semestinya menjadi layanan wajib bagi seluruh warga justru absen.
Ketertinggalan menuntut akselerasi laju pembangunan yang akan mengangkat kesejahteraan seluruh warga. Mobil balap hanya bisa meraih top speed di sirkuit yang mulus.
Oleh sebab itu, kepemimpinan Jakarta ke depan harus mampu mengurai setidaknya tiga bentuk kemacetan yang selama ini merintangi kemajuan kota.
Kemacetan pertama tentunya adalah kemacetan lalu lintas. Menurut Tomtom Traffic Index 2023, kemacetan Jakarta lebih buruk dibandingkan kota-kota lain di Asia seperti New Delhi di India dan Bangkok di Thailand.
Meski sebagian warga mulai memaklumi kesuntukan di jalan, kerugian yang diakibatkan kemacetan terlalu besar untuk diabaikan.
Produktivitas adalah syarat mutlak kemajuan dan kesejahteraan. Sementara kemacetan merenggut lebih dari 100 jam waktu warga setiap tahunnya.